
Gagar mayang adalah rangkaian hiasan yang terbuat dari janur (daun kelapa muda), bunga, dan dedaunan lainnya, yang memiliki makna simbolis dalam budaya Jawa. Selain itu, mitos gagar mayang sangat populer di Indonesia terutama di Jawa.
Selain untuk upacara pernikahan, kembang mayang biasanya digunakan dalam upacara kematian. Namun, untuk orang meninggal kembang mayang lebih populer dengan sebutan gagar mayang. Meksipun bentuknya hampir sama, namun maknanya berbeda.
Daftar isi:
Mitos Gagar Mayang yang Populer di Jawa
Berbeda dengan acara pernikahan, gagar mayang untuk orang meninggal hanya diperuntukan bagi pria lajang. Berikut adalah beberapa mitos dan makna yang terkait dengan penggunaan kembar mayang dalam upacara kematian:
1. Simbol Status Lajang
Sebagain besar, gagar mayang dalam upacara kematian menjadi penanda bahwa almarhum belum pernah menikah. Hal ini berfungsi sebagai simbol status lajang yang hingga akhir hayat. Sebagain orang percaya dengan gagar mayang almarhum tenang.
Tak hanya itu saja, ada yang meyakini bahwa gagar mayang ini sebagai harapan agar almarhum mendapatkan jodoh di akhirat. Sebab, ada pendapat yang mengatakan bahwa tidak semua orang bisa mendapatkan jodoh saat di dunia.
2. Penghormatan Terakhir
Penggunaan kembar mayang dalam upacara kematian juga menjadi simbol penghormatan terakhir kepada almarhum yang belum sempat membentuk keluarga. Ini mencerminkan harapan dan doa dari keluarga yang masih hidup.
Sebagian besar, keluarga akan berharap almarhum mendapatkan jodoh yang sesuai keinginan. Terlebih banyak yang berpendapatan bahwa penghuni surga memiliki paras yang cantik dan tampan. Sehingga keluarga berharap almarhum mendapat jodoh cantik
3. Penanda Usia Dewasa

One Comment